Musibah
emang bisa bikin susah. Tapi jangan keterusan bikin hati gundah. Karena
ternyata Allah menyiapkan hikmah di baliknya. Tetep don’t worry be happy.
Kalo bisa milih, kagak bakal ada remaja yang sudi menerima
bencana. Mana ada dong orang yang mau rumahnya diacak-acak gelombang tsunami,
mobilnya digulung tornado, atau orang-orang terkasihnya ditelan gempa tektonik.
Kagak bakal ada yang mau, bro!
Manusia
itu tipikalnya emang seneng banget dengan yang namanya happyness.
Pengennya seneng en bahagia selalu. Jadi mahluk yang namanya musibah kagak
didemenin ama banyak orang. Termasuk oleh remaja.
Tapi gimana bisa kita milih? Lha wong tahu-tahu gelombang
tsunami udah ada di depan mata. Atau gimana bisa nyelametin rumah kita kalau
dalam sekejap mata tanah udah belah karena hentakan gempa tektonik. Hidup itu
terkadang emang nggak bisa memilih.
Ujian
hidup, Bro!
Kalo kita pikir-pikir, ternyata hidup ini emang ada
siklusnya; ada siang ada malam, ada mentari ada simpati eh rembulan maksudnya,
dan ada tawa ada duka. Allah Swt. nggak hanya memberikan kesenangan hidup buat
umat manusia, tapi juga ngasih sesuatu yang bisa bikin manusia terhenyak lalu
bercucuran air mata duka.
Guys, itu semua kata
orang-orang alim dan soleh adalah sunnatullah.
Sesuatu yang emang udah ditakdirkan oleh Allah sebagai bagian kehidupan yang
udah pasti menimpa manusia. Misalnya, ada kelahiran ada juga kematian. Ketika
ada bayi yang lahir, orangtuanya kan pasti gembira bin sumringah. Tapi ketika
orang yang dikasihi meninggal, pastinya bersedih. Dan ternyata itu terjadi
setiap saat dalam kehidupan kita. Nggak ada orang yang bisa menolak kelahiran
dan kematian. Semua udah ditakdirkan oleh Allah Swt. FirmanNya:
“Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya:
“Jadilah”, maka jadilah ia.”(QS Maryam [19]: 35)
Tapi apa iya Allah tega melihat mahlukNya menderita? Pasti
tidak, tapi Allah memang selalu ngasih yang namanya ujian hidup buat manusia
yang beriman. Kalo ada manusia yang beriman, maka Allah pengen tahu seperti apa
sih keimanannya; beneran atau palsu? Tinggi atau rendah? Allah Swt. berfirman: “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-’Ankabuut
[29]: 2)
Ujian yang berupa musibah itu macam-macam bentuknya; mulai
dari yang kecil sampe yang gede. Mulai hati yang resah, badan yang cape en
pegel-pegel, sampai musibah besar seperti yang menimpa saudara-saudara kita di
berbagai daerah. Termasuk serangan si biadab Israel ke Palestina dan Libanon
adalah ujian dari Allah untuk umatNya. Rasulullah saw. bersabda: “Tiada
seorang muslim yang menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan hati,
bahkan gangguan yang berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa
penebus dosa.” (HR Bukhari, Muslim)
Tapi gimana dong, kan nggak semua orang tahan menghadapi
ujian atawa musibah? Jangan khawatir, guys. Semua
ujian itu ternyata udah diatur oleh Allah agar sesuai dengan kekuatan iman
masing-masing. Allah menjelaskan dalam ayatNya: “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286)
Nabi saw.
bersabda: “Ujian yang paling berat adalah bagi para
nabi, kemudian berikutnya dan berikutnya, seseorang diuji (oleh Allah) sesuai
kadar agamanya. Maka tidaklah musibah menimpa seseorang sehingga ia berjalan di
atas bumi dan tidak ada dosa padanya.” (HR Bukhari)
Pelajaran
empati
Orang-orang yang soleh juga mengatakan kalau hal seperti itu
adalah cara cerdas dari Allah untuk bikin manusia menikmati hidup. Maksudnya,
kalo kita nggak pernah ngalamin yang namanya musibah, kita nggak bakal tahu
cara bersyukur nikmat. Contohnya nih, kalo kita nggak pernah sakit gigi, kita
mungkin suka lupa betapa nikmatnya punya gigi sehat yang bisa ngunyah makanan
kesukaan kita.
Selain itu, dengan adanya bencana yang menimpa manusia, kita
diajarkan untuk bisa berempati pada penderitaan orang lain. Turut merasakan
derita orang lain, karena kita juga pernah mengalami penderitaan yang serupa.
Mereka yang hidupnya selalu hedonis, selalu mikirin dan nyari kesenangan
ragawi, rada susah diajak untuk berempati. Pasalnya, hidup abis untuk ngedugem
en having fun.
Dalam buku Kebun Hikmah, dikisahkan ada
seorang wanita salehah yang gemar bersedekah. Tapi kebiasaannya itu justru
ditentang oleh keluarganya. Sampai suatu ketika keluarganya memutuskan untuk
tidak memberinya nafkah. Tujuannya memberi pelajaran supaya dia menghargai
harta dan tidak banyak bersedekah. Akhirnya ia pun jatuh fakir.
Melihat
saudaranya menderita, keluarganya menjadi iba. Akhirnya mereka memberinya lagi
nafkah berupa shirmah (unta berjumlah
sekitar 20-30 ekor). Suatu ketika datang seorang pengemis yang mengiba-iba.
Wanita itu langsung saja memberinya seluruh unta yang diberikan keluarganya
karena ia pernah merasakan derita sebagai orang fakir. Subhanallah!
Jadi di
balik bencana – sekecil apapun itu – Allah ingin memberikan pesan yang indah;
mensyukuri nikmat Allah yang ada dan bisa berempati pada penderitaan orang
lain.
Orang
kafir nggak?
Pernah nggak kepikiran, kenapa justru bencana sering menimpa
orang baik-baik dan beriman, sementara orang-orang kafir justru baek-baek aja?
Hmm, wajar
deh ada pertanyaan macam itu. Kalo kita liat betapa susahnya perjuangan dakwah
Nabi saw., aduh sedih dan gemes. Ternyata dakwah itu berliku dan penuh kerikil
tajam. Sering banget Nabi saw. dan para sahabat mendapatkan intimidasi dan
siksaan fisik dari orang-orang kafir. Bahkan sewaktu ke Thaif, beliau
mendapatkan serangan batu dari penduduknya. En ternyata, Allah Swt. kemudian
memberitahu kepada beliau kalau para nabi dan rasul terdahulu juga mengalami
nasib serupa. FirmanNya:
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)
rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami
kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu.” (QS al-An’aam [6]: 34)
Sementara
itu, para pemimpin Quraisy seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan Walid bin Mughirah
hepi banget menyiksa dan melihat derita kaum muslimin.? Kita juga sering
ngeliat banyak orang jahat dan kafir yang hidupnya nampak hepi. Bergelimang
harta dan popularitas. Apa kagak salah Allah ngasih itu semua?
Nggak, guys. Sama sekali nggak salah. Di balik pemberian
Allah yang nampaknya nikmat, sebetulnya tersembunyi laknat. Allah tuh sengaja
memberikan itu semua agar mereka makin terbuai dalam kejahatannya lalu Allah
bakal ngebales perbuatan mereka dengan azabNya yang pedih. FirmanNya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS an-Nisaa
[4]: 115)
So,
saudara-saudaraku yang tengah tertimpa musibah, di mana saja, don’t
worry be happy. Di balik aneka musibah itu Allah tengah menyiapkan
aneka kebaikan dan pahala yang luaaar biasa, jika kita mau bersabar dan tetap
berkeyakinan kalo Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
3
Jurus Penghilang Duka
- Don’t look back! Jangan melulu ngingetin masa lalu, tataplah ke depan. Kita emang pantes bersedih, tapi jauh lebih penting mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Allah sengaja menyelamatkan kita supaya jadi orang yang makin tegar. Inget, banyak orang yang menjadi hero setelah aneka musibah yang menimpanya.
- Stop crying! Jangan keterusan nangis. Yang udah berlalu dan berpulang padaNya kagak bakal bisa balik lagi. Syukuri apa yang Allah masih berikan pada kita. Bahwa kamu masih survive en juga orang-orang terdekatmu, atau mungkin sebagian harta keluargamu. Nangis terus menambah berat masalah.
- Think positive! Tetep mikir positif. Alhamdulillah, kamu masih sehat dan selamat, masih banyak orang yang tertimpa musibah lebih parah en mereka masih baik-baik saja. Yakini bahwa ini adalah ujian dari Allah – bukan hinaan apalagi kezhaliman – yang kalo kita bisa melewatinya dengan baik bakal menuai pahala yang besar. [januar]
[pernah dimuat di rubrik
"bidik", Majalah SOBAT Muda, edisi September 2006]
Dikutip dari : Gaul Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap Berkomentar secara Arif Nan Bijaksana.
Trim's . . . !!!